Bali memang terkenal dengan upacara-upacara adat yang dijalankan oleh umat Hindu Bali. Banyak sekali upacara-upacara yang dijalankan oleh mereka mulai dari hari kelahiran, pernikahan hingga kematian. Salah satu upacara yang masih dijalankan hingga kini adalah upacara Odalan. Upacara Odalan adalah upacara untuk memperingati hari berdirinya sebuah Pura yang digunakan sebagai tempat bersembhayang. Upacara ini dijalankan setiap 210 hari sekali atau sekiranya 7 bulan dalam kalender masehi.
Upacara Odalan memiliki tujuan tersendiri yakni agar para umat selalu ingat kepada para penciptanya dengan cara memberi persembahan yang juga dilengkapi dengan persembahan kidung, tari dan gambelan. Peringatan Odalan ditentukan berdasarkan perhitungan sasih atau wewaran terutama memadukan sapta wara dan pancara wara serta wuku. Apabila didasarkan pada perhitungan sasih maka akan dikaitkan dengan datangnya bulan sempurna (purnama). Sedangkan apabila didasarkan atas perhitungan wewaran dan wuku, maka akan dilaksanakan setiap 210 hari sekali atau 7 bulan sekali.
Pada saat upacara Odalan, pura-pura akan dihiasi aneka ragam dekorasi upacara mulai dari “wastra” (kain putih kuning atau warna lain seperti hitam dan merah) hingga penjor. Selain itu, persembahan yang dibawa oleh masyarakat terdiri atas buah-buahan, kue beras dan bunga yang dibawa di atas kepala perempuan yang akan ditempatkan pada areal sekitar pura.
Sebelum sesajen di berkahi dengan air suci oleh pemangku pura, umat hindu bali akan berdoa dan sembahyang terlebih dahulu sesuai dengan tuntunan pemangku yang memimpin upacara. Kemudian, umat Hindu bali memohon “wangsuh pada”, meminum air suci dan pulang sembari membawa kembali sesajen untuk dinikmati bersama keluarga. Mereka percaya saat Upacara Odalan para dewa telah mengambil sari atau esensi persembahan dan meninggalkan “sisa” untuk dikonsumsi. Pada malam hari biasanya upacara dilanjutkan dengan pertunjukkan tabuh dan tari oleh kelompok-kelompok lokal.
Source Image: Google.com