Panorama alam Gunung Bromo memang menyimpan daya tarik tersendiri bagi kamu yang sedang berlibur ke sana. Selain keeksotisan alamnya, ada sisi lain dari Gunung Bromo yang juga sayang untuk kamu lewatkan, yaitu kebudayaan masyarakat Suku Tengger yang sederhana dan penuh ketakwaan pada Sang Pencipta. Saat kamu berkesempatan untuk liburan bareng ke Bromo, cobalah untuk blusukan ke Desa Ngadisari tempat warga Tengger berdiam.
Menurut legenda masyarakat, nama Tengger berasal dari gabungan nama pendirinya, yaitu Roro Anteng (Teng) yang merupakan putri Brawijaya dan Joko Seger (Ger) yang berstatus putra Brahmana.
Menurut sejarah, masyarakat Suku Tengger merupakan keturunan asli dari Kerajaan Majapahit. Nama Suku Tengger memiliki makna pegunungan. Sesuai namanya, Suku Tengger memang bertempat tinggal di kaki Gunung Bromo. Nama tersebut juga berarti berdiri tegak, yang menggambarkan karakter masyarakat Tengger yang berpegang teguh pada budi pekerti luhur di setiap segi kehidupan mereka.
Meskipun tidak ada tingkatan sosial, masyarakat Tengger memang membudayakan rasa menghormati satu sama lain,terutama kepada pemuka agama yang memiliki pengaruh dalam adat istiadat mereka.
Masyarakat Tengger menganut agama Hindu Mahayana, berbeda dengan agama Hindu di Bali yaitu Hindu Dharma. Karena itulah terdapat beberapa perbedaan dalam hal upacara dan tempat ibadah. Uniknya, masyarakat Tengger tidak mengenal sistem kasta dalam hal pergaulan dan bahasa. Mereka menggunakan bahasa Jawa kuno, yang diyakini merupakan bahasa asli dari Kerajaan Majapahit.
Selain berprofesi sebagai petani, warga Tengger juga menambah penghasilannya dengan menyewakan kuda, jeep, dan rumahnya untuk para turis yang datang ke Gunung Bromo.
Karena berada di dekat pegunungan vulkanik, tanah yang didiami warga Tengger sangat subur. Warga pun memanfaatkannya untuk bercocok tanam aneka sayuran, padi, dan jagung. Semua lahan pertanian di sana merupakan milik warga lokal, karena mereka berprinsip untuk tidak menjual tanahnya ke orang lain.
Nasi aron terbuat dari jagung putih yang hanya ditemukan di kawasan ini.
Sempatkan juga untuk mengunjungi Dukuh Seruni yang juga berlokasi di Desa Ngadisari. Di dukuh wisata ini, Anda bisa mencicipi makanan tradisional khas Suku Tengger, yaitu nasi aron. Nasi aron disajikan bersama lauk khas pedesaan, seperti sayur daun ranti, tempe, tahu, dan ikan asin. Selain itu, kamu juga akan menemukan rumah adat khas Suku Tengger dan menyaksikan kesenian Jathilan.
(gambar diambil dari berbagi sumber – ang)